Masuk ke Bab I, penulis menceritakan sebuah kisah di abad 19 di mana koran hampir tidak pernah disentuh oleh warga New York karena masih terbilang cukup mewah dan juga sirkulasi peredarannya belum semasif sekarang.
Benjamin Day mencoba untuk mempublikasikan sebuah koran, namun dia mencari cara bagaimana bisa memasarkannya dan juga mendapatkan keuntungan dari penjualannya. Akhirnya dia mencoba memposisikan dirinya sebagai pebisnis daripada seorang jurnalis yang fokus kepada pemberitaan aktual. Karena itulah, untuk mensukseskan penjualan korannya ia beride untuk menjual kembali perhatian para pembacanya yang kita kenal sekarang adalah iklan.
Datanglah kompetitor, bernama The Herald yang melakukan ATM (amati, tiru, modifikasi) ide dari Benjamin Day. Untuk menyaingin koran Benjamin Day, tim editorial The Herald beride untuk menarik perhatian manusia melalui judul-judul yang lebih sensasional dan itu berhasil.
Tantangan kompetitor, akhirnya koran Benjamin Day yang awalnya fokus ke pemberitaan faktual & serius berubah menjadi seperti kompetitornya yang mengedepankan berita dengan judul-judul yang sensasional.
Dari sejarah itulah dimulainya era di mana perhatian sebagai komoditas untuk berjualan. Hingga pada hari ini, kita bisa melihat di mana semua portal media berita berlomba-berlomba untuk mempublikasikan judul berita yang sensasional & clickbait untuk mengundang banyak klik untuk menjual banyak iklan.